Analisis Sistem Penyimpanan Data Menggunakan Sistem Cloud Computing
Analisis Sistem Penyimpanan Data Menggunakan Sistem
Cloud Computing Studi Kasus SMK N 2 Karanganyar
Abstraksi: Analisis sistem penyimpanan data di Cloud Computing dengan studi kasus SMK N 2 Karanganyar untuk membandingkan efisiensi menggunakan cloud computing. Hal ini disebabkan karena penyimpanan data yang ada di SMK N 2 karanganyar masih menggunakan komputer server. Tanggung jawab apabila menggunakan server harus memiliki hardware yang tepat dan perangkat lunak yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan. Membeli komputer untuk setiap orang tidak akan cukup, belum lagi harus membeli lisensi perangkat lunak dan alat untuk karyawan yang dibutuhkan. Dengan memiliki seorang karyawan baru harus membeli perangkat lunak yang lebih lisensi perangkat lunak yang memungkinkan bagi pengguna lain. Hal ini membuat merasa sulit untuk penggunaan server. Dalam sistem cloud computing, ada pergeseran beban kerja yang signifikan. Komputer lokal tidak lagi harus melakukan semua beban berat ketika digunakan. Jaringan komputer yang cloud ini menangani mereka sebagai gantinya. Hardware dan software pada sisi pengguna menurun. Satusatunya hal dimana komputer pengguna harus mampu untuk menjalankan adalah antarmuka perangkat lunak sistem cloud computing, yang sederhana sebagai peramban Web, dan cloud network akan mengurus sisanya. Oleh sebab itu cloud computing sangat diperlukan demi mengefisien waktu.
Kata Kunci: Cloud Computing, SMK N 2 Karanganyar
Abstract: Analysis of data storage systems in Cloud Computing with case studies SMK N 2 Karanganyar to compare the efficiency of using cloud computing. This is because the storage of data in SMK N 2 Karanganyar still use a computer server. Responsibilities when using the server should have the right hardware and software needed to do the job. Buying computers for everyone is not enough, not to mention having to buy a license for the software and tools needed employees. By having a new employee must purchase a software license that allows the software to other users. This makes it feel difficult to use server. In a cloud computing system, there's a significant workload shift. Local computers no longer have to do all the heavy lifting during use. Computer network cloud handles them instead. Hardware and software on the user's side decrease. The only case in which a computer user should be able to run the software interface system is cloud computing, as simple as a Web browser, and the cloud network will take care of the rest. Therefore, cloud computing is needed for mengefisien time.
Key world: Cloud Computing, SMK N 2 Karanganyar
1. 1. LATAR BELAKANG
Penggunaan cluod computing merupakan hal penting dalam suatu sistem penyimpanan data dari suatu sistem administrasi sekolah. Yang paling menonjol dari komputasi awan adalah kemudahan akses. Selama ini SMK N 2 Karanganyar menggunakan komputer server dalam penyimpanan data. Sistem penyimpanan data seperti ini dirasa kurang efektif karena tidak cocok untuk network skala besar, administrasi menjadi tidak terkontrol. Tiap user harus dilatih untuk menjalankan tugas administratif. Hal itu melatarbelakangi untuk menganalisis penyimpanan data di SMK N 2 Karanganyar yang belum menggunakan Cloud Computing.
1. 2. Perumusan Masalah
1. Apa itu cloud computing?
2. Apa layanan yang di tawarkan cloud computing?
1. 3. Batasan Masalah
1. Difokuskan pada penyimpanan data di SMK N 2 Karanganyar yang
belum menggunakan sistem cloud computing.
2. Tidak membahas mengenai pengguna Cloud Computing.
1. 4. Tujuan Penelitian
1. Menjadikan cloud computing sebagai sistem penyimpanan data di SMK N 2 Karanganyar.
2. Mendukung produktifitas dan efisiensi infrastruktur SMK N 2 Karanganyar.
1. 5. Manfaat Penelitian
a. mengurangi biaya infrastrukur kebutuhan komputer
b. pengurangan biaya listrik
c. tidak perlu membeli software dasar untuk aplikasi
d. mengurangi tenaga IT profesional sehingga menghemat biaya perawatan.
2. 1. Dasar Teori
a. Pengertian cloud computing
Komputasi awan (bahasa Inggris: cloud computing) adalah gabungan pemanfaatan teknologi komputer ('komputasi') dan pengembangan berbasis Internet ('awan'). Awan (cloud) adalah metafora dari internet, sebagaimana awan yang sering digambarkan di diagram jaringan komputer. Sebagaimana awan dalam diagram jaringan komputer tersebut, awan (cloud) dalam Cloud Computing juga merupakan abstraksi dari infrastruktur kompleks yang disembunyikannya. Ia adalah suatu metoda komputasi di mana kapabilitas terkait teknologi informasi disajikan sebagai suatu layanan (as a service), sehingga pengguna dapat mengaksesnya lewat Internet ("di dalam awan") tanpa mengetahui apa yang ada didalamnya, ahli dengannya, atau memiliki kendali terhadap infrastruktur teknologi yang membantunya. Menurut sebuah makalah tahun 2008 yang dipublikasi IEEE Internet Computing "Cloud Computing adalah suatu paradigma di mana informasi secara permanen tersimpan di server di internet dan tersimpan secara sementara di komputer pengguna (client) termasuk di dalamnya adalah desktop, komputer tablet, notebook, komputer tembok, handheld, sensor-sensor, monitor dan lain-lain". Komputasi awan adalah suatu konsep umum yang mencakup SaaS, Web 2.0, dan tren teknologi terbaru lain yang dikenal luas, dengan tema umum berupa ketergantungan terhadap Internet untuk memberikan kebutuhan komputasi pengguna. Sebagai contoh, Google Apps menyediakan aplikasi bisnis umum secara daring yang diakses melalui suatu penjelajah web dengan perangkat lunak dan data yang tersimpan di server. Komputasi awan saat ini merupakan trend teknologi terbaru, dan contoh bentuk pengembangan dari teknologi Cloud Computing ini adalah iCloud Cloud computing merupakan sebuah istilah baru dalam dunia teknologi informasi, cloud merupakan sebuah metode komputasi yang mengandalkan teknologi internet, cloud yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai awan yang artinya dalam teknologi informasi merupakan lambang internet, dimana sumber daya bersama, perangkat lunak, dan informasi disediakan untuk komputer dan perangkat lain sesuai permintaan, seperti jaringan listrik. Cloud computing adalah pergeseran paradigma mengikuti pergeseran dari mainframe ke client server pada awal tahun 1980. Jika cloud di implementasikan pada instansi pemerintahan akan mampu memberikan kemudahan dalam proses pelayanan dikarenakan dengan cloud akan mensentralisaikan semua data. Konsep penerapan cloud dapat mengikuti pola teknologi dan system informasi yang ada pada perbankan. namun tidak semua layanan yang ada di internet masuk kedalam kategori cloud computing. Hariguna dan Berlilana (2011).
b. Layanan yang ditawarkan cloud
computing
Cloud computing dapat diimplementasikan dengan cara menyediakan komponenkomponen berupa server, hardware, dan jaringan yang dibutuhkan. Pengguna cloud computing dapat melakukan instalasi aplikasi yang digunakannya pada infrastruktur tersebut. Pengguna cloud computing juga dapat memilih bagaimana menggunakan layanan cloud computing yang ditawarkan vendor sesuai kebutuhan.
2.2. Layanan-layanan yang bisa dipilih
meliputi:
1) Infrastructure as a service
Layanan ini diberikan dengan cara menyediakan komponen-komponen berupa server, hardware, dan jaringan yang dibutuhkan dengan harga tertentu. Pengguna cloud computing dapat melakukan instalasi aplikasi yang digunakannya pada infrastruktur tersebut. Contoh terapan: hosting aplikasi web Contoh vendor penyedia jasa: semua penyedia hosting.
2) Platform as a service
Layanan yang menyediakan system software dan software pendukung yang diperlukan untuk membangun aplikasi yang akan dipasang pada server tersebut sesuai kebutuhan organisasi/instansi. Organisasi/instansi kemudian membangun aplikasi yang dibutuhkan pada platform ini dan menggunakannya. Analogi yang dapat digunakan untuk menggambarkan layanan ini adalah seperti menyewa rumah lengkap dengan isinya sehingga pengguna dapat langsung menggunakan rumah tersebut. Contoh terapan: remote application development. Contoh vendor: BizNet, Microsoft, LintasArta.
3) Software as a service
Layanan yang diberikan dengan menyediakan software maupun aplikasi yang dapat diakses pelanggan via internet. Penyedia layanan cloud computing berinteraksi dengan pengguna dan pelanggan melalui sebuah front-end panel. Contoh layanan sederhana: e-mail, online documents Contoh layanan (agak susah): SAP online Contoh vendor: Google, Amazon, SAP, dan lain-lain.
National Institute of Standards and Technology (NIST), Information Technology Laboratory memberikan dua buah catatan mengenai pengertian komputasi awan. Pertama, komputasi awan masih merupakan paradigma yang berkembang. Definisi, kasus penggunaan, teknologi yang mendasari, masalah, risiko, dan manfaat akan terus disempurnakan melalui perdebatan baik oleh sektor publik maupun swasta. Definisi, atribut, dan karakteristik akan berkembang dan berubah dari waktu ke waktu. Kedua, industri komputasi awan merupakan ekosistem besar dengan banyak model, vendor, dan pangsa pasar. NIST mengidentifikasi lima karakteristik penting dari komputasi awan (Mell & Grance, 2009) sebagai berikut:
National Institute of Standards and Technology (NIST), Information Technology Laboratory memberikan dua buah catatan mengenai pengertian komputasi awan. Pertama, komputasi awan masih merupakan paradigma yang berkembang. Definisi, kasus penggunaan, teknologi yang mendasari, masalah, risiko, dan manfaat akan terus disempurnakan melalui perdebatan baik oleh sektor publik maupun swasta. Definisi, atribut, dan karakteristik akan berkembang dan berubah dari waktu ke waktu. Kedua, industri komputasi awan merupakan ekosistem besar dengan banyak model, vendor, dan pangsa pasar. NIST mengidentifikasi lima karakteristik penting dari komputasi awan (Mell & Grance, 2009) sebagai berikut:
- On-demand self-service. Pengguna dapat memesan dan mengelola layanan tanpa interaksi manusia dengan penyedia layanan, misalnya dengan menggunakan, sebuah portal web dan manajemen antarmuka. Pengadaan dan perlengkapan layanan serta sumberdaya yang terkait terjadi secara otomatis pada penyedia.
- Broad network access. Kemampuan yang tersedia melalui jaringan dan diakses melalui mekanisme standar, yang mengenalkan penggunaan berbagai platform (misalnya, telepon selular, laptop, dan PDA).
- Resource pooling. Penyatuan sumberdaya komputasi yang dimiliki penyedia untuk melayani beberapa konsumen menggunakan model multipenyewa, dengan sumberdaya fisik dan virtual yang berbeda, ditetapkan secara dinamis dan ditugaskan sesuai dengan permintaan konsumen. Ada rasa kemandirian lokasi bahwa pelanggan umumnya tidak memiliki kontrol atau pengetahuan atas keberadaan lokasi sumberdaya yang disediakan, tetapi ada kemungkinan dapat menentukan lokasi di tingkat yang lebih tinggi (misalnya, negara, negara bagian, atau datacenter). Contoh sumberdaya termasuk penyimpanan, pemrosesan, memori, bandwidth jaringan, dan mesin virtual.
- Rapid elasticity. Kemampuan dapat dengan cepat dan elastis ditetapkan.
- Measured Service. Sistem komputasi awan secara otomatis mengawasi dan mengoptimalkan penggunaan sumberdaya dengan memanfaatkan kemampuan pengukuran (metering) pada beberapa tingkat yang sesuai dengan jenis layanan (misalnya, penyimpanan, pemrosesan, bandwidth, dan account pengguna aktif). Penggunaan sumberdaya dapat dipantau, dikendalikan, dan dilaporkan sebagai upaya memberikan transparansi bagi penyedia dan konsumen dari layanan yang digunakan.
Sedangkan tiga jenis model layanan dijelaskan oleh NIST (Mell dan Grance, 2009) sebagai berikut:
- Cloud Software as a Service (SaaS). Kemampuan yang diberikan kepada konsumen untuk menggunakan aplikasi penyedia dapat beroperasi pada infrastruktur awan. Aplikasi dapat diakses dari berbagai perangkat klien melalui antarmuka seperti web browser (misalnya, email berbasis web). Konsumen tidak mengelola atau mengendalikan infrastruktur awan yang mendasari termasuk jaringan, server, sistem operasi, penyimpanan, atau bahkan kemampuan aplikasi individu, dengan kemungkinan pengecualian terbatas terhadap pengaturan konfigurasi aplikasi pengguna tertentu.
- Cloud Platform as a Service (PaaS). Kemampuan yang diberikan kepada konsumen untuk menyebarkan aplikasi yang dibuat konsumen atau diperoleh ke infrastruktur komputasi awan menggunakan bahasa pemrograman dan peralatan yang didukung oleh provider. Konsumen tidak mengelola atau mengendalikan infrastruktur awan yang mendasari termasuk jaringan, server, sistem operasi, atau penyimpanan, namun memiliki kontrol atas aplikasi disebarkan dan memungkinkan aplikasi melakukan hosting konfigurasi.
- Cloud Infrastructure as a Service (IaaS). Kemampuan yang diberikan kepada konsumen untuk memproses, menyimpan, berjaringan, dan komputasi sumberdaya lain yang penting, dimana konsumen dapat menyebarkan dan menjalankan. perangkat lunak secara bebas , dapat mencakup sistem operasi dan aplikasi. Konsumen tidak mengelola atau mengendalikan infrastruktur awan yang mendasari tetapi memiliki kontrol atas sistem operasi, penyimpanan, aplikasi yang disebarkan, dan mungkin kontrol terbatas komponen jaringan yang pilih (misalnya, firewall host).
Model penyebaran komputasi awan menurut NIST terdiri dari empat model (Mell dan Grance, 2009), yaitu:
- Private cloud. Swasta awan. Infrastruktur awan yang semata-mata dioperasikan bagi suatu organisasi. Ini mungkin dikelola oleh organisasi atau pihak ketiga dan mungkin ada pada on premis atau off premis.
- Community cloud. Masyarakat awan. Infrastruktur awan digunakan secara bersama oleh beberapa organisasi dan mendukung komunitas tertentu yang telah berbagi concerns (misalnya, misi, persyaratan keamanan, kebijakan, dan pertimbangan kepatuhan). Ini mungkin dikelola oleh organisasi atau pihak ketiga dan mungkin ada pada on premis atau off premis.
- Public cloud. Infrastruktur awan yang dibuat tersedia untuk umum atau kelompok industri besar dan dimiliki oleh sebuah organisasi yang menjual layanan awan.
- Hybrid cloud. Hybrid awan. Infrastruktur awan merupakan komposisi dari dua atau lebih awan (swasta, komunitas, atau publik) yang masih entitas unik namun terikat bersama oleh standar atau kepemilikan teknologi yang menggunakan data dan portabilitas aplikasi (e.g., cloud bursting for loadbalancing between clouds).
2.3. Kajian Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Andreea (2012) menghasilkan temuan bahwa Kelahiran "perusahaan virtual" terjadi pada 1980-an, dibawa oleh revolusi teknologi informasi. Sementara itu, teknologi baru dimulai dengan komunikasi jarak jauh, komputer dan kemudian internet dibentuk kembali dunia usaha. Cloud computing, sebagai konsep kadang-kadang tidak jelas dan kompleks seperti itu, adalah instrumen baru yang tersedia untuk perusahaan yang ingin berurusan dengan kebutuhan TI lebih efisien. Muncul sebagai langkah alami dalam evolusi dari jaringan klasik dan hardware berbasis aplikasi untuk virtualisasi. Ini membawa ke meja pendekatan cerdas untuk virtualisasi dan bisnis baru. Bagaimanapun membuat perusahaan virtual tidak lebih dari internet saja berubah menjadi perusahaan dotcom atau daya listrik ternyata mereka dalam utilitas energi. Pelaksanaannya sulit karena kebingungan dimulai dengan konsep itu sendiri dan mengarah pada vendor yang tidak diatur dan menawarkan penyedia layanan dan jasa, untuk non-spesifik undang-undang ini terkadang membuat manajer TI berharap untuk sekantong kacang ajaib untuk membantu mereka tumbuh tangga ke awan. Namun, beberapa bentuk virtualisasi, baik itu virtualisasi server, virtualisasi aplikasi atau komputasi awan jelas dilakukan oleh semakin banyak perusahaan saat ini
Penelitian lain dilakukan oleh Hariguna dan Berlilana (2011) yang memaparkan Ada empat hal yang harus di penuhi pada cloud computing:
1. Multitenance/shared resources (Sumberdaya milik bersama). Model cloud computing Tidak seperti model komputasi sebelumnya seperti client/server atau stand allone, yang diasumsikan sebagai shared resources pada cloud yaitu didasarkan pada model bisnis di mana sumber daya dapat digunakan secara bersama (yaitu, beberapa pengguna menggunakan sumber daya yang sama) pada Network level, Host Level, dan Aplication level. Artinya system ini dapat bemberikan pelayanan untuk banyak pengguna atau masyarakat.
2. Massive Scalability (Skalabilitas besar) Meskipun pengguna system terdiri dari beberapa kota dan kecamatan, namun komputasi awan menyediakan kemampuan skalabilitas yang besar untuk mengelolah puluhan ribuan sistem, serta didukung bandwidth dan ruang penyimpanan yang besar.
3. Elasticity (Elastis). Pengguna dengan cepat dapat meningkatkan dan menurunkan sumber daya komputasi mereka sesuai kebutuhan, serta melepaskan sumber daya untuk keperluan lain ketika mereka tidak lagi diperlukan. Artinya setiap pemerintah dapat menggunakan aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing.
4. Pay as you go (Bayar sesuai kebutuhan) Pengguna hanya membayar sumber daya yang mereka benar-benar menggunakan untuk hanya saat mereka membutuhkan saja.
5. Self-provisioning of resources. Pengguna hanya menyediakan sumber daya yang dibutuhkan seperti computer dan layanan internet.
Syaikhu dari IPB juga melakukan penelitian pada Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA), Syaikhu mempunyai hasil bahwa PUSTAKA memiliki potensi yang cukup besar dalam menerapkan teknologi cloud computing di masa yang akan datang. Dengan tersedianya dan terintegrasinya potensi-potensi yang dimiliki PUSTAKA mulai dari tupoksi, jaringan antar lembaga lingkup KEMTAN, sumberdaya informasi, infrastruktur dan SDM tentunya dapat menjadi kekuatan dalam penerapannya. Namun tetap diperlukan rencana yang cermat dan menyeluruh mengenai infrastruktur, keamanan data dan sumberdaya manusia. Serta tidak kalah pentingnya adalah dukungan internal dari penentu kebijakan sehingga mempermudah dalam proses tercipatanya layanan komputasi awan perpustakaan pertanian di Indonesia.
3. 1. Manfaat cloud computing bagi
SMK N 2 Karanganyar
- Pengunaan teknologi Cloud Computing membantu para perusahaan untuk menghemat biaya.
- Kapasitas cloud computing memang tergantung pada biaya sewa, namun teknologi cloud computing bisa menyimpanan data pada cloud computing lebih besar daripada komputer pribadi.
- Availability berarti cloud computing mempunyai jaminan dapat diakses 7 x 24 jam dari mana saja dan kapan saja Teknologi Cloud Computing sekarang baru tren karena mampu memberikan solusi untuk penghematan biaya dan kemudahan dalam berbisnis.
4. Kesimpulan
Implementasi cloud computing pada sebuah instansi sangat penting dilakukan mengingat telah disebutkan bahwa dengan cloud computing akan diuntungkan karena tingkat efektifitas dan effisiensi yang dijanjikannya. Akan tetapi penerapan cloud computing bukanlah suatu hal yang mudah. Meskipun keuntungan yang ditawarkan begitu besar dan cukup menjanjikan. Dari hasil pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka temuan ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Melalui cloud computing SMK N 2 Karanganyar dapat mengurangi biaya infrastrukur kebutuhan komputer
- SMK N 2 Karanganyar pengurangan biaya listrik
- SMK N 2 Karanganyar tidak perlu membeli software dasar untuk aplikasi SMK N 2 Karanganyar mengurangi tenaga IT profesional sehingga menghemat biaya perawatan.
Daftar Pustaka
Andreea DAVIDESCU (2012), Virtual Enterprises Reach for Cloud Computing, Bucharest University of Economic Studies ROMANIA, Journal of Mobile, Embedded and Distributed Systems, vol. IV, no. 2, 2012, ISSN 2067 – 4074
Taqwa Hariguna, Berlilana (2011), Isu Cloud Computing e-government di Indonesia 2014, STMIK AMIKOM Purwokerto, SNATIKA 2011, ISSN 2089 1083
Akhmad Syaikhu, Komputasi Awan (Cloud Computing) Perpustakaan Pertanian
Jurnal Pustakawan Indonesia IPB Volume 10 No. 1
http://www.thestandard.com/article/0.1902.546
6.00.html
http://www.gartner.com/it/page.jsp?id=707508
http://www.web2journal.com/read/612033.htm
http://www.ebizq.net/blogs/saasweek/2008/63/distinguishing.cloud.computing/
http://wwwbhinekanews.com/sejarah.icloud/
Komentar
Posting Komentar